Sabtu, 19 Maret 2016

Nyongkolan, Prosesi Sakral Ritual Pernikahan di Pulau Lombok

BUDAYA Lombok - Segala ritual keagamaan ataupun ritual kebiasaan di pulau Pulau Lombok seringkali mengundang atensi segala wisatawan, mirip bau nyale, pujawali, perang topat atau presean. Salah satunya yang wajib menarik bagi segala wisatawan adalah Ritual atau Adat istiadat nyongkolan. Nyongkolan merupakan sesuatu adat lokal pada Pulau Lombok, dimana si tua dan si muda pengantin dalam arak beramai-ramai mirip satu raja menuju rumah / kediaman sosok pengantin wanita. Arak-arakan ini selalu diiringi dan diramaikan serta beraneka tetabuhan alat musik tradisional juga kesenian khas suku Sasak. Tujuannya agar semua warga sekitar mengetahui bahwa pasangan pengantin tersebut sudah menjadi sepasang suami istri yang sah.

Nyongkolan, Prosesi Sakral Ritual Pernikahan di Pulau Lombok

Ketika pelaksanaan kebiasaan nyongkolan itu, arak-arakan pasangan pengantin didampingi oleh dedare dedare serta terune terune sasak, dengan ditemani tapi segala tokoh agama, tokoh publik , atau pemuka adat istiadat bersama sanak saudara berjalan mengelilingi desa. Kontestan iring-iringan tersebut haruslah mengenakan pakaian khas tradisi suku Sasak, untuk peserta wanita menggunakan baju Lambung (kadang-kadang begitu juga menggunakan baju kebaya), kereng nine / kain songket (sarung khas Pulau Lombok), sanggul (penghias kepala), anting serta asesoris selanjutnya. Menurut pengiring laki-laki memakai baju model jas berwarna hitam (atau variasi) yang dijuluki tegodek nongkeq, kereng selewoq poto (sarung tenun panjang khas Lombok) dan capuk (ikat kepala khas Pulau Lombok).

Dalam adat istiadat nyongkolan, kedua pengantin diibaratkan seperti seorang raja juga pasangan permaisuri-nya yang diiringi tetapi segala pengawal dan dayang-dayang istana. Beraneka dari mereka biasanya memperoleh sesuatu hantaran seperti hasil kebun, sayur mayur, ataupun bentuk buah-buahan yang akan dibagikan pada penonton, kerabat dan selingkungan mempelai perempuan nantinya. Pada ritual khas pernikahan suku Sasak Pulau Lombok, nyongkolan merupakan bagian kecil ritual yang mesti ditemui tapi kedua mempelai.

Nyongkolan, Prosesi Sakral Ritual Pernikahan di Pulau Lombok

Untuk memeriahkan aktivitas nyongkolan, biasanya diiringi dan tabuhan tabuhan gendang beleq khas Pulau Lombok, atau sejenis musik rebana juga lagu lagu daerah Pulau Lombok disertai penari serta pakaian khas tari. Seumpamanya sosok pengantin yaitu kaum ningrat atau bangsawan, iring-iringan nyongkolan pastinya dilengkapi juga gendang beleq dengan pasukan berani mati yang berkostum semacam prajurit jaman dulu saat. Bukan sekedar itu, rudat merupakan kesenian dari Timur Tengah serta membuka berbagai gerakan pencak silat begitu juga ikut meramaikan kebiasaan nyongkolan khas Sasak ini.

Uniknya, ada mitos juga kepercayaan yang selalu dipegang oleh warga suku Sasak terkait juga nyongkolan ini. Untuk kepercayaan lama yang tetap berkembang dan turun temurun, jikalau hukum adat nyongkolan tak diselenggarakan selepas prosesi akad nikah si pengantin, maka rumah tangga sang pengantin itu biasanya tidak bakal sukses bertahan lama atau keturunan dari pasangan pengantin ini biasanya bakal terlahir pada kondisi cacat fisik. Mendalami berada yang mampu mengkonfirmasi kebenaran mitos tersebut, tapi yang paling sejauh ini nyongkolan selalu terus dilangsungkan dan bukan jarang bisa jadi pemicu utama kemacetan ruas-ruas jalanan dalam Pulau Lombok.

Nyongkolan, Prosesi Sakral Ritual Pernikahan di Pulau Lombok

Seumpama Anda sedang berlibur ke Pulau Lombok, terutama habis minggu, berhasil menjadi bakal mendapatkan beraneka ruas alternatif yang sedikit macet dengan ramai sebab prosesi nyongkolan itu. Hukum adat itu sementara selalu dipertandingkan dan tentu tetap menyenangkan demi kamu abadikan. Apalagi masing masing iring-iringan nyongkolan ini menikmati baju adat istiadat khas Sasak serta tari-tarian tradisional yang menyenangkan. Seandainya Anda satu Photographer atau hoby photo-photo, kamu bakal menerima banyak sudut atau angle yang menyenangkan dari bermacam beraneka seni juga iring-iringan nyongkolan ini. Semoga adat istiadat nyongkolan di Lombok ini berhasil menjadi satu diantaranya pelengkap liburan Kamu menuju Pulau Lombok, selain beraneka destinasi tamasya alam yang menyenangkan pada Pulau Lombok mirip Gunung Rinjani, Bukit Malimbu, Pantai Senggigi atau juga pantai Selong Belanak dalam Pulau Lombok Tengah.

Sepanjang berlibur dalam Pulau Lombok, pastikan Anda menginap di hotel yang nyaman. Demi kawasan seputaran Mataram, Kamu bisa menginap dalam Griya Asri Hotel, Bidari Hotel, Santika Hotel, Pulau Lombok Raya Hotel, Lombok Garden Hotel dan Pulau Lombok Plaza Hotel.

Kamis, 17 Maret 2016

Prosesi dan Rekor Maulid Tradisi Bayan Lombok

Budaya Lombok - Kebiasaan Maulid Nabi ala adat istiadat Bayan tersebut berjalan selama dua hari. Hari awal yaitu persiapan bahan makanan dan piranti upacara yang lain yang dimaksud “kayu aiq”, sementara hari kedua adalah do’a juga makan bersama yang dipusatkan pada masjid kuno Bayan. Seluruh pelaksana prosesi ‘Mulud Kebiasaan Bayan” terdiri dari warga Desa Loloan, Desa Anyar,Desa Sukadana, Desa Senaru, Desa Karang Bajo dan Desa Bayan, yang para Desa ini sebagai kesatuan tempat Hukum adat yang disebut Komunitas Rakyat Adat istiadat Bayan.

Hitung-hitungan bermula dari ‘Sereat’ (Syari’at) Tradisi Gama di Bayan “Mulud Kebiasaan Bayan” dipertandingkan pada 2 hari setelah ketepan Kalender Islam Maulid Nabi tgl.12 Rabi’ul Pembuka tepatnya dimulai di tanggal 14-15 Rabi’ul Semula yang tahun 2011 ini jatuh pada tanggal 18-19 Februari, Komunitas Seluruh kalangan Hukum adat Sasak Karang Bajo, Kecamatan Bayan, Lombok Utara, sejumlah seluruh kalangan hukum adat bersiap-siap melakukan rangkaian aktifitas perayaan Maulid Nabi yang dimainkan melalui adat istiadat,seluruh kalangan adat setempat biasa menyebutnya dan “Mulud Adat”.

Prosesi dan Rekor Maulid Tradisi Bayan Lombok

 Mulai pagi hari Rakyat Tradisi Bayan berbondong-bondong ke "Kampu" merupakan desa asli atau area yang pertama didiami tetapi suku sasak Islam Bayan, mereka menyerahkan sebagian sumber penghasilannya dari hasil global seperti, padi, beras, ketan, kelapa, sayur-sayuran, buah-buahan,dengan hewan ternak sejalan “batun dupa” (uang) serta mengakui nadzarnya buat “Inan Menik” sebagai seorang perempuan yang menerima hasil dunia dari seluruh warga nantinya hasil dunia tersebut akan diolah menjadi hidangan (tontonan ) untuk dihaturkan untuk ulama dengan tokoh hukum adat sasak Bayan dikeesokan hari dalam hari menuju dua Mulud Hukum adat, sebuah tersebut ialah bentuk rasa syukur warga menghadapi penghasilannya, selanjutnya “Inan Menik” memberikan tanda pada dahi warga adat istiadat dan “mamaq” dari sirih merupakan ritual penandaan anak kebiasaan yang disebut “Menyembeq".

Selanjutnya Seluruh kalangan Hukum adat Bayan bahu membahu membersihkan tempat yang dimaksud Balen Unggun (lokasi sekam/dedak), Balen Tempan (Tempat alat-alat penumbuk padi), membersihkan Rantok (lokasi menumbuk padi), membersihkan lokasi Gendang gerantung, yang lain sebagian dari deretan publik Adat istiadat menjemput gamelan Gendang Gerantung, setibanya Gendang Gerantung pada tempat yang telah ditawarkan dipertemukan aktivitas ritual selamatan penyambutan serta serah menerima dengan ngaturan Lekes Buaq (sirih serta pinang), selanjutnya aktifitas ritual “Taikan Mulud” (Rangkaian Mulud Tradisi dimulai).

Perkiraan ketika ‘gugur kembang waru’ (satu kota jam 15.30 keadaan setempat) Seluruh wanita memulai “Menutu Pare” (menumbuk padi) bergerombol membuka berirama dengan menggunakan Tempan terbuat dari bambu panjang ditempat menumbuk padi yang berbentuk semacam lesung perahu yang disebut “Menutu” (menumbuk). Di saat yang bersamaan diiringi serta gamelan Gendang Gerantung khas Desa Bayan, sebagian kaum laki-laki menggilai bambu tutul demi dijadikan yaitu umbul-umbul yang akan dipajang pada setiap pojok masjid kuno Bayan aktifitas tersebut disebut “Tunggul” yang dipimpin tetapi satu pemangku yang dimaksud “Melokaq Penguban” selepas memperoleh restu dengan pemberian lekoq buaq (sirih dengan pinang) menurut “Inan Menik”, lekoq buaq inilah yang dijadikan adalah alat bertabiq (permisi) menurut pohon bambu yang bakal ditebang.

Prosesi dan Rekor Maulid Tradisi Bayan Lombok

Malam harinya bertepatan dan bulan purnama dimana tunggul (umbul-umbul) telah terpasang di setiap pojok masjid Kuno, semua ketua Hukum adat dan Agama mulai “Ngengelat” merupakan mendandani di ruangan Masjid Kuno serta symbol-simbol sarat makna, dan setelah itu disaat para peserta gamelan sudah mengakses post Masjid Kuno Bayan pertanda aktivitas bertarungnya dua orang warga pria serta memakai rotan (Temetian) sebagai media pemukul dan perisai merupakan pelindungnya yang terbuat dari kulit sapi, akan segera dimulai, pagelaran yang biasa dimaksud “Presean” ini biasa dipertemukan menurut semua “Pepadu” atau orang yang dihandalkan pada permainan ini, namun dalam event Mulud Adat istiadat itu siapa saja yang berhasrat dipersilahkan, atau warga yang bernadzar bahwa ketika Mulud Adat istiadat dia akan berlaga. Aksi yang dilangsungkan hebat didepan Masjid Kuno Bayan tersebut, tidak didasari rasa dendam dengan terasa raksasa namun bagian dari ritual juga hiburan dengan bila satu diantaranya peserta terluka, atau mengundurkan diri mereka mesti meminta maaf dengan bersalaman sehabis performa. Ini ialah kebiasaan ritual juga hiburan Mulud Adat istiadat yang dipertemukan sejak berabad-abad lamanya.

Pada hari kedua 15 Rabi’ul pembuka warga perempuan tradisi memulai kegiatannya dengan “menampiq beras” yaitu membersihkan beras yang sudah di “Tutu” atau di “Rantok” yang kemudian serta aktivitas “Misoq Beras” (mencuci beras) dengan iring-iringan panjang segala perumpuan adat dan rapi berbaris serta bakul beras dikepala menuju hal mata air Lokoq Masan Segah namanya yang memang dikhusukan demi mencuci beras dikala ritual dilaksanakan. Jarak mata air itu sekota 400 meter dari ‘Kampu”. Prasayarat para pencuci beras itu ialah perempuan dalam situasi suci (bukan pada masa haid), sepanjang jalan berpantang untuk berbicara, tidak boleh menoleh juga memangkas alternatif barisan. Selepas beras dicuci kemudian dimasak menjadi nasi tibalah saatnya untuk “Mengageq” merupakan menata hidangan diatas sebuah tempat yang dibuat dengan dirancang sedemikian rupa yang dimaksud “Ancaq”

Dalam sore harinya, “Praja Mulud” atau seluruh pemuda Adat istiadat yang telah didandani menyerupai dua pasang pengantin diring beramai-ramai dari rumah “Pembekel Beleq Bat Orong” (Pemangku tradisi dari Bayan Barat) menuju Masjid Kuno serta mendapatkan sajian yang berupa hidangan seperti nasi dengan lauk pauknya . “Praja Mulud” ini mengambarkan proses terajdinya perkawinan langit serta global, Adam serta Hawa, yang disimbolkan dengan pasangan penganten yang ditemui oleh pranata-pranata kebiasaan Bayan.

Prosesi dan Rekor Maulid Tradisi Bayan Lombok

Setibanya dalam masjid selanjutnya salah seorang pemuka agama memimpin do’a. Setelah do’a aktifitas dan juga makan bersama yang dikuti seluruh jama’ah atau warga tradisi yang dari kemudian untuk menyantap hidangan yang sudah disediakan.itu ialah wujud rasa syukur warga adat istiadat sasak Bayan untuk para ulama sekaligus menjadi puncak aktifitas perayaan kelahiran Nabi Muhammad S.A.W yang dirayakan memasuki tradisi Bayan.

BAYAN Juga PEMALIQ LEKET

Bayan yang letaknya pada Kabupaten Pulau Lombok Utara yaitu daerah pembuka masuknya Islam dalam Pulau Lombok, yang dibawa tetapi seluruh Wali Songo terbukti dari datangnya Masjid Kuno Bayan sebagai masjid semula dan menjadi pusat penyebaran agama Islam di era menuju 16 dalam Pulau Lombok, kemudian terjadilah penggabungan antara hukum adat sasak dan agama Islam. Pada areal masjid yang bentuk bangunannya selalu selalu tradisional ini dikelilingi oleh bermacam maqam segala leluhur penyebar agama Islam di Pulau Lombok seprti maqam Gauz Abdul Razak yang disebut makam Reaq letaknya dalam barat daya masjid, maqam Titik Mas Pelawangan pada bagian selatan masjid, maqam Titik Mas Penghulu dibagian timur laut masjid berderet kearah barat maqam Sesait, maqam Karang Salah serta Makam Desa Anyar.

Konstruksi atap masjid kuno Bayan mencerminkan tingginya penguasaan ilmu pengetahuan juga teknologi rakyat tradisi Bayan. Atap bangunan dengan kemiringan yang amat tajam tampaknya mempercepat minusnya air hujan menuju tanah.

Menapaki jendela masjid itu segala pemeluk memperlihatkan penghormatannya pada seorang Khalik dan berjalan menunduk. Memang pintu masjid ini nyaris tidak terlihat sebab atapnya yang menjurai kebawah satu kota satu meter dari seantero tanah. Ini membuat orang yang masuk ingin bukan hendak mesti menundukkan kepala. Sikap menunduk ditambah larangan-larangan tadi, ialah symbol penghormatan serta pengabdian di Tuhan Yang Maha Kuasa, bahwa betapa kecilnya manusia di hadapan Sosok Khaliq, serta shalat itu juga sesungguhnya trik menghambakan diri di Si Pencipta. Bersua kehendaknya manusia itu ada, juga kepada-Nya pula manusia bakal kembali.

“Pemaliq Leket” ialah hal yang tabu demi dijumpai, seandainya dilanggar maka akan berdampak bagi kemalangan kepada pelanggarnya. Dalam bahasa Sasak di umumnya dan disebut “Tulah Manuh” atau Kualat. Ketaatan masyarakat adat istiadat Bayan kepada tradisi serta agama tersebut terlihat pula saat mengunjungi lokasi tinggal para pimpinannya. Misalnya untuk membuka kampu yang dihuni tokoh agama (Maq Lebe juga Inaq Lebe) serta tokoh Adat istiadat (Maq Lokaq dengan Inaq Lokaq) siapapun ia diharuskan menngenakan pakaian hukum adat Sasak Bayan semacam sarung, ikat kepala (sapuq) dan tanpa baju kepada seluruh pria, dan semacam kemben (Jawa) demi wanita. Selain tersebut komunitas hukum adat Bayan dengan dilarang menikmati pakaian pada dengan perhiasan. Regulasi yang sama berlaku juga seumpama orang mengakses masjid kuno.

Demikianlah prosesi Maulid Nabi ala Adat istiadat Bayan, yang bagi peneliti kelebihan Bayan mungkin jadi inspirasi dan alat keilmuan yang tiada berkesudahan. Menurut para tamu pengunjung, dari Bayan mereka bakal menerima suguhan unik serta sarat makna yang dimanapun dengan kapanpun bukan sukses dijumpai dalam luar Pulau Lombok.

Selasa, 15 Maret 2016

Wisata Lombok Murah Lihat Tradisi Presean Khas Lombok


BUDAYA Pulau Lombok - Stick Fighting atau Tarung Presean disebut yaitu simbolis kejantanan para pemuda serta pria suku Sasak dalam Lombok. Matchday adu nyali itu adalah matchday diantara dua laki laik Sasak bersenjatakan tongkat yang terbuat dari rotan atau disebut Penjalin, dilengkapi juga sesuatu pelindung (perisai) yang terbuat dari kulit kerbau tebal dan keras (Ende). Segala Petarung pada ujar Pepadu dan wasit pinggir lapangan disebut merupakan Pekembar Sedi, sedangkan wasit tengah yang jadi ketua laga dimaksud Pekembar.

Semua petarung (pepadu) melawan pada tengah lapangan dan bertelanjang dada, memakai capuk (penutup kepala khas sasak) juga kain sarung khusus yang sudah dipersiapkan panitia. Wisata Lombok Murah Suatu tongkat rotan adalah sarana memukul dipegang menikmati tangan kanan, juga pelindung (perisai) pada tangan kiri. Seluruh pepadu pun siap mengadu kejantanan, ketangkasan juga adu nyali di depan ratusan penonton yang hadir di arena presean.
Pemimpin pertandingan atau pekembar akan memimpin tarung presean juga awiq-awig (peraturan juga kode etik) yang telah ditetapkan, biasanya peraturan mainnya berisi soal sistem ronde (masa pertempuran) yang standarnya 5 ronde, atau bisa serta merupakan persetujuan dengan para panitia.

Tarung Presean sebagai kesenian khas Sasak Lombok yang dulunya bermula merupakan sesuatu simbolis kegembiraan atau luapan emosi seluruh prajurit Lombok dulu kala seusai dapat melumpuhkan / mengalahkan kompetitor di medan tempur. Budaya presean tersebut selanjutnya jadi hal adat istiadat yang memperoleh keunikan sendiri saat seluruh Pepadu-nya memadukan style bela diri juga ekspresi-ekspresi lelucon ketika berhasil menyisakan eks sabetan rotan di tubuh rival.

Seni beladiri atau adu ketangkasan tradisi Presean dalam Lombok biasanya dalam iringi tetapi tabuhan musik Gendang Beleq ialah penyemangat serta pengundang rakyat tetangga acara demi menonton. Sambil menari-nari pada iringi tabuhan gendang Beleq, kedua Pepadu akan saling menghalau dengan menundukkan kompetitor dengan pukulan penjalin tanpa rasa cemas ataupun takut cedera. Juga uniknya, para klub Presean tak sempat dipersiapkan sebelumnya, para penonton dengan siapapun yang sedang ada di medan event boleh ikut berkompetisi dengan memamerkan kelihaiannya.
Peraturan main dari Tarung Presean tersebut dengan biasanya tidak membingungkan, semua pepadu sekedar boleh memukul bagian perut ke menghadapi. Ketika seorang pepadu terkena kepala tetapi sabetan rotan dengan mengeluarkan darah (bocor), maka pepadu dianggap KO atau kalah, sekalipun pepadu itu terasa tetap dapat meneruskan pertempuran. Laga dalam akhiri tapi pekembar dan meniupkan peluit panjang, serta kedua pepadu lalu akan bersalaman juga berpelukan menutup saat berlaga. Itu sebagai tanda jika antara kedua pepadu tak berada yang saling menyimpan dendam karena presean cuma sesi dari pagelaran dengan hiburan.

Tarung rotan (stick fighting) dari adat istiadat Pulau Pulau Lombok tersebut telah dilihat masyarakat Sasak mengakses turun temurun. Konon, laga Presean sebelumnya hanya digelar merupakan bagian dari upcara tradisi atau ritual meminta hujan dalam season kemarau atau acara kegiatan besar kerajaan. Kini, presean jadi sebuah tradisi yang menjadi hiburan lokal yang diminati oleh para pelancong, dengan yaitu bentuk kepedulian pemerintah dalam melestarikan budaya daerah, Presean di Lombok kini pun berulang pada lombakan, terutama saat peringatan kemerdekaan Republik Indonesia pada bulan agustus, maupun aktivitas aktivitas besar di Pulau Lombok.

KESENIAN PENDUKUNG TARUNG PRESEAN :

Media musik tradisional pengiring Presean diantara lain terdiri dari :

dua buah Gendang
satu buah Petuk
1 set Rencek
1 buah Gong
Suling

Unsur gending (ritme dan kombinasi alunan musik gending) merupakan sesuatu yang demikian menentukan di tarung peresean, sekurang-kurangnya ada 3 jenis alunan gending yang bakal anda denganr pada tempat peresean , yakni :

Gending Ngadokang atau Gending Rangsang, dimainkan di ketika pengadok (pencari pepadu) mencintai calon Pepadu sejalan kompetitor tandingnya diantara penonton.
Gending Mayuang, sebagai tabuhan gending yang bertanda bahwa sepasang Pepadu telah siap untuk berkompetisi.
Gending Berkompetisi, tabuhan gending yang iramanya 'bongbong' atau membakar keinginan serta menyulut / mendidihkan darah dengan emosi semua Pepadu. Penonton akan sejak bersorak saat gending itu mulai digelar. Pertarungan pun pada mulai.

BUSANA Kebiasaan PERESEAN :

Di laga Presean tradisional khas Sasak, berada busana tradisi Presean yang juga sangat dijaga dengan harus dipenuhi tapi seluruh pepadu, pekembar ataupun pengadok, seperti :

Sapuk / capuk bermotif batik (ikat kepala dari kain batik)
Kereng (kain).
Bebet (tenun ikat yang mengikat kereng, biasanya bukan lupa diselipkan bebadong atau jimat kesaktian sebagai penghilang rasa sakit atau membangun kharisma dengan pontensi magis diantara pepadu.

Berbagai unsur penentuan diatas, fit dari busana ataupun gending juga kesenian pendukungnya, adalah hal pembeda bahwa Seni adu kejantanan Presean bukan adalah tarung jalanan, tarung liar maupun keganasan, melainkan sesuatu budaya dan seni yang sangat mendalam dengan mengandung unsur leluhur yang demikian mendalam di suku Sasak.

Sabtu, 12 Maret 2016

NILAI BUDAYA Dan Adat LEBARAN KETUPAT di Lombok


Selain wisata alam yang tersebar di berbagai penjuru, di Pulau Lombok dengan terdapat sangat banyak sekali liburan budaya, diantaranya sebagai “TRADISI PERANG TOPAT” yang adalah adat istiadat turun temurun yang sejak dilakukan sepeninggal penjajahan Bali di Lombok pada saat lampau. Adat itu di lakukan serta trik saling lempar serta memakai ketupat diantara Ummat Islam serta Ummat Hindu Lombok. Dengan memanfaatkan pakaian adat istiadat khas Sasak dan Bali ribuan warga Sasak dengan umat Hindu bersama-sama serta damai merayakan upacara keagamaan yang dirayakan tiap season di Pura Lingsar, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

Hukum adat Perang Topat yang diadakan di Pura ternama pada Lombok (peninggalan kerajaan Karangasem) itu ialah pencerminan dari kerukunan umat beragama pada Lombok. Prosesi Perang Topat dimulai dengan mengelilingkan sesaji berupa makanan, buah, dan sejumlah hasil bumi yaitu sarana persembahyangan serta prosesi itu didominasi masyarakat Sasak serta berbagai tokoh umat Hindu yang berada pada Pulau Lombok. Media persembahyangan mirip kebon odek, sesaji ditempatkan didalam Pura Kemalik.

Prosesi lalu dan dan perang topat, bertepatan dan gugur bunga waru atau pada bahasa Sasaknya “rorok kembang waru” yakni menjelang tenggelamnya sinar matahari satu kota pukul 17.30. Perang topat sebagai rangkaian pelaksanaan upacara pujawali adalah upacara adalah tafsiran rasa syukur umat manusia yang sudah diberikan keselamatan, sekaligus memohon berkah bagi Sosok Pencipta.

NILAI BUDAYA DARI Adat LEBARAN KETUPAT di Lombok

Di perayaan Lebaran Topat dalam Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, anda berhasil mengetahui kalau perayaan ini mengandung 2 dimensi yaitu dimensi sakral dengan sosial. Dimensi sakral berkaitan dengan persepsi juga pengharapan bagi Tuhan Yang Maha Kuasa dan dimensi sosial berkaitan serta upaya menjaga harmoni kehidupan para jawara inggris raya sesama.

Penggunaan arti Lebaran Nine atau lebaran wanita kepada Lebaran Topat memperlihatkan kalau Lebaran itu mempunyai posisi krusial dalam ekspresi keislaman masyarakat Lombok. Lebaran Topat merupakan pasangan Lebaran Mame (Idul Fitri). Tapi dikarenakan itu, perayaan Lebaran Topat agaknya mempunyai tujuan yang sejenis serta Lebaran puasa Ramadhan. Sebagai untuk mencapai kehidupan yang fitri, suci.

Penggunaan ketupat yang berbentuk segi empat yaitu nama Lebaran dan menu makan utamanya merupakan khasanah kearifan lokal seluruh kalangan demi mengingatkan manusia kepada datang muasalnya. Ketupat berbentuk segi empat menunjukkan bahwa manusia terdiri dari air, tanah, api dengan angin.

Lebaran Topat juga berhasil diartikan menjauhkan diri dari nafsu kebendaan dengan membersihkan batin dari sikap dengki serta iri hati seusai nuraninya terjerembab menurut ego serta kemeriahan budaya materi yang semu. Ritual berseraup atau membasuh muka dan air memberikan makna kalau jalan ini yaitu cara demi membersihkan kotoran yang melekat pada wajah. Kalau wajah dan hatinya bersih, maka orang tersebut tak akan sakit prima menelusuri fisik maupun mental.

Mengambil air pada Lingkok Mas mengantongi ungkapan bahwa air laksana emas yang mahal harganya juga sangat penentuan kepada kehidupan manusia. Oleh karena itu, air mesti dijaga kebersihannya agar tidak tercemar oleh beberapa limbah yang bisa menyebabkan makhluk hidup menjadi sakit, dan tanaman bukan dapat tumbuh juga berkembang. Sementara acara besambek bertujuan untuk manusia santai menjalani kehidupan, alam pikiran tetap jernih, terbebas dari beberapa bermacam gangguan (jin juga setan) termasuk demi mendapatkan rezeki yang halal. Sebagaimana dikatakan dalam pepatah Sasak :

Pepatah dalam menghadapi mengandung pesan bahwa menyantap makanan hasil keringat sendiri terasa lebih nikmat, ketimbang disuguhkan makanan yang lezat tapi didapat serta strategi yang tak halal.

Selain itu, Lebaran Topat juga sukses menjadi otokritik serta introspeksi buat manusia demi tentang kembali jati dirinya sehabis lewati perjalanan hidup selama seorang tahun, yang banyak diwarnai dan dosa individual dan dosa sosial. Pepatah Sasak menuturkan “dendek ipuh pantok gong” (tidak usah segan memukul/membunyikan gong). Pepatah ini mengingatkan manusia untuk mengoreksi diri, di antaranya terbentang kepada rekomendasi dengan kritik orang lain. Selain ini, event makan ketupat bersama-sama menunjukkan masih terpeliharanya nilai-nilai kebersamaan di diantara mereka.

Namun demikian, banyaknya potensi yang terkandung dalam perayaan Lebaran Topat, khususnya aspek ekonominya, wajib disikapi menelusuri bijaksana. Kesalahan dalam menyikapinya, tidak mustahil bakal menghilangkan nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya sehingga aktifitas ritual itu sekedar akan menjadi pesta rakyat yang kehilangan ruhnya.

Jumat, 11 Maret 2016

Tradisi Perang Topat di Lombok

BUDAYA Lombok - Wilayah Indonesia sungguh amat kaya bakal budaya, hukum adat juga berada istiadat, bukan terkecuali adat dalam rangka melaksanakan rangkaian ibadah sepanjang bulan Ramadhan sampai juga perayaan Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri. Masing-masing daerah (etnis) memperoleh adat yang berbeda-beda, dikemas secara khusus pada suatu adat perayaan hari kemenangan selepas berpuasa membendung diri selama sebulan penuh dalam bulan Ramadhan. Ada sebagian kalangan yang merayakannya pada hari H setelah melakukan sholat Hari Raya, serta berada pula yang merayakannya secara biasa-biasa saja, tapi mempunya kebiasaan yang dikemas makin meriah di hari lain.

Jikalau di Madura Perayaan Lebaran / Hari Raya Idul Adha Lebih meriah dibandingkan dan perayaan Lebaran Idul Fitri, maka dalam Pulau Lombok memperoleh adat istiadat unik yang dijumpai oleh hampir 90% seluruh kalangan Lombok. Kebiasaan unik yang dilangsungkan enam hari sehabis perayaan Hari Raya Idul Fitri tersebut dimaksud adalah Perayaan Lebaran Ketupat atau Lebaran Topat.

Adat istiadat Lebaran Ketupat serta Perang Topat Lombok

Agama Islam mengajarkan bahwa berada keutamaan menurut orang orang yang melanjutkan puasa seminggu sehabis puasa Ramadan yang biasa disebut yaitu puasa Syawal. Demi mensyukuri berakhirnya puasa sunah ini, warga seluruh kalangan di Pulau Lombok melaksanakan lebaran kedua sehabis Idul Fitri yang disebut dan nama Lebaran Ketupat atau Lebaran Topat. Jawab “topat” digondol dari ujar ketupat, yakni penganan publik Lombok dihidangkan khusus di perayaan Lebaran Ketupat.

Adat istiadat Lebaran Ketupat dalam Lombok dihelat turun-temurun semenjak ratusan musim selanjutnya. Selain dimengerti ialah rangkaian event untuk merayakan Idul Fitri, acara ini dan mempunyai misi mempertahankan kebiasaan leluhur serta nenek moyang. Bahwa dikaji lebih mendalam, bakal dijumpai sangat banyak nilai-nilai yang terkandung di Lebaran Nine (wanita). Mulai dari nilai budaya, agama, setelah pesta kerakyatan.

Dari aspek agama misalnya, masyarakat / warga Sasak melaksanakan Perayaan Lebaran Ketupat juga melakukan kegiatan-kegiatan ritual Keagamaan. Diantaranya adalah berziarah ke makam segala wali /ulama terkenal yang telah berjasa membawa agama Islam ke Pulau Pulau Lombok. Di Kota Mataram, rakyat biasanya akan dari merayakan Kebiasaan Lebaran Ketupat ke dua lokasi bersejarah, ialah Makam Bintaro serta Makam Loang Baloq dalam Tanjung Karang.

Dalam aktifitas perayaan Lebaran Ketupat, Makam Loang Baloq yang berlokasi ampuh pada sebelah Pantai Tanjung Karang Mapak bakal penuh sesak oleh peziarah mulai pukul 07.00 pagi. Selain memanjatkan doa, mereka begitu juga berebutan demi mencuci muka dengan kepala juga air di atas makam yang dimengerti keramat ini. Sama rata halnya dan keadaan yang dihelat dalam Makam Bintaro, di ziarah kubur, segala peziarah sejatinya tak sekedar memanjatkan doa menurut seorang Khalik, tetapi begitu juga menjalankan segala berbagai ritual keagamaan dengan atraksi simbolik perayaan Adat istiadat Lebaran Ketupat. Diantaranya merupakan mencukur rambut bayi yang biasa dimaksud ngurisan. Tradisi ini diyakini akan menghasilkan anak ini anak yang saleh juga bisa pada periode yang bakal datang.

Selasa, 08 Maret 2016

Sejarah Nusa Tenggara Barat Waktu Kerajaan

Rekor Lombok - Analisis yang dijumpai kepada benda-benda prasejarah (purbakala) yang diketemukan (mirip nekara, kompleks lesung batu, kompleks sarkofagus, periuk berhias, golok, serta kapak), menunjukkan kalau Provinsi NTB (Nusa Tenggara Barat) dulunya telah dihuni menurut orang-orang dari kawasan Asia Tenggara.

Penduduk asli di negara itu dinamakan orang Sasak, yang sebagian besar tinggal pada pulau Pulau Lombok. Sedangkan ini, dalam pulau Sumbawa terdapat serta penduduk asli yang terdiri bertemu dua kumpulan, ialah suku bangsa Sumbawa (Samawa) dengan Bima. Tetapi, dan munculnya gelombang pendatang dari Bali, Makassar, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku serta Nusa Tenggara Timur, penduduk asli ini membuka tempat pertanian juga kemudian tinggal pada pedalaman.

Sejarah Nusa Tenggara Barat Waktu Kerajaan

Keberadaan tempat itu tidak bisa dilepaskan dari periode kejayaan Kerajaan Majapahit dalam periode ke-14 yang diatas semua kerajaan prima yang ada di pulau Lombok maupun Sumbawa. Dalam kitab Negarakertagama karangan empu Prapanca season 1365, tertulis Pulau Lombok Barat bernama Pulau Lombok Mirah juga Pulau Lombok Timur bernama Sasak Adi, Taliwang, Dompo (Dompu), Sape, Sanghyang Api, Bhima (Bima), Seram (Seran) dengan Hutan Kedali (Utan).

Kerajaan tertua pada Provinsi Nusa Tenggara Barat bernama Kerajaan Desa Lae yang terletak di desa Lae. Pada perjalanan rekor, kerajaan tersebut akhirnya terpecah-pecah sejalan dengan meletusnya Gunung Rinjani yang menyebabkan penduduk dalam kerajaan ini menyebar menuju seantero Pulau Lombok.

Sejarah Nusa Tenggara Barat Waktu Kerajaan

Selepas peristiwa itu muncullah kerajaan-kerajaan update yaitu kerajaan Suwung, yang dibuat tetapi Betara Indra, Kerajaan Pulau Lombok serta rajanya Raden Majapahit juga Kerajaan Perigi serta rajanya Prabu Inopati. Sementara itu dalam pulau Sumbawa serta berdiri Kerajaan Dompu yang diperintah Prabu Dadelata pada samping kerajaan-kerajaan Utan, Seran, Bima, Tambora, Sanggar serta Papekat.

Runtuhnya kerajaan Majapahit dalam era menuju 15, memberikan peluang menurut kerajaan-kerajaan yang berada di negara Nusa Tenggara Barat demi berdiri pun. Kerajaan Bima dengan rajanya bernama Ruma Mawaa (Si Aji Bima) dan Kerajaan Sumba yang bergelar Hanggula Ratu Jawa adalah 2 kerajaan besar di negara Nusa Tenggara Barat diantara tujuh (7) kerajaan yang ada yang kemudian mandiri dari Majapahit

Minggu, 06 Maret 2016

Kain Tenun Songket Sukarara, Pakaian tradisi Khas Pulau Lombok

Wisata Pulau Lombok - Desa Sukerare yaitu desa penghasil kerajinan tenun songket Lombok yang populer. Letaknya ada dalam luar jalur alternatif kalangan, Kecamatan Jonggot, Pulau Lombok Tengah. Perjalanan menuju desa ini mampu ditempuh menggunakan angkutan umum dari Bertais menuju Praya dan turun ketika menjelang hingga dalam Puyung. Selanjutnya dapat serta juga memakai jasa ojek ke Sukarara.

Desa itu berjarak sekitar 25 km dari kota Mataram. Disarankan, bila berkunjung ke desa tersebut sebaiknya memakai kendaraan pribadi atau sewaan, mengingat angkutan umum yang jarang demi ditemui.

Seperti dimengerti dulunya kalau Sukarara ialah sentra penghasil songket terbaik di Lombok. Suatu ini telah jadi sesi dari komoditi sampai merambah pangsa pasar luar negeri. Tenun songket adalah kain tenun yang dibuat dengan teknik meningkatkan benang pakan dengan hiasan-hiasan dari benang sintetis berwarna emas, perak, dan warna lainnya. Hiasan ini disisipkan dalam diantara benang lusi. Terkadang hiasan sukses berupa manik-manik, kerang, ataupun uang logam.

Kain Tenun Songket Khas Sukarara Pulau Lombok

Setibanya di Sukarara, maka pengunjung bakal langsung disambut oleh kaum perempuan berpakaian adat Sasak. Mereka dengan sigap mendemonstrasikan nalar mereka di menenun. Berbagai toko biasanya menyajikan tontonan teknik-teknik menenun kain songket, sebuah itu berhasil langsung dilihat tetapi seluruh pengunjung. Teknik-teknik itu ialah teknik tradisional sederhana yang selalu dilakukan tapi pengrajin, yakni mulai dari mengolah benang (memakai pemberat yang diputar-putar dan jari-jari tangan, pemberat ini berbentuk seperti gasing terbuat dari kayu), setelah menjadi selembar kain yang berwarna warni. Pengunjung yang berminat juga sukses turut dengan mencoba menenun mirip perempuan-perempuan sasak tersebut.

Kain Songket itu dipakai merupakan bagian dari pakaian tradisional suku Sasak yang bernama Baju Lambung (baju wanita), baju adat istiadat khas Lombok serta motif hitam polos dengan variasi bawahan yang beragam, biasanya berbentuk selendang, ikat pinggang atau aksesoris selanjutnya. Sementara untuk yang pria biasanya menikmati songket sebagai bawahan (pasangan baju tradisi Tegodek Nongkeq) yang diatur sedemikian rupa pada akhirnya mengundang decak kagum dipandang. dan Lihat saja gambar dibawah ini, cantik banget kan bahwa baju Lambung dipadukan serta Kain Songket itu??

Baju hukum adat Lambung khas Sasak Lombok

Kain tenun rata-rata dikerjakan pada rumah (home industry). Hampir setiap rumah memiliki media tenunnya juga. Namun, profesi penenun sekedar dilakoni oleh kaum perempuannya saja, sedangkan seluruh pria bekerja merupakan petani di sawah. Berada adat istiadat unik terkait songket ini, kaum perempuan yang berharap menikah harus demi memberi kain tenun buatannya pun bagi pasangan. Seandainya memilah tidak dapat mencetak tenun songket, maka perempuan tersebut belum boleh menikah. Tetapi, bila nekat mau menikah dengan, maka perempuan itu akan dikenakan denda. Denda sukses berupa uang ataupun hasil panen padi.

Motif-motif songket yang juga selalu beragam, antara lain motif ayam, motif kembang 8, motif kembang 4, motif begambar tokek yang ialah simbol keberuntungan, motif pakerot yang berbentuk horizontal, motif trudak yang berwarna violet, dan masih dominan lagi. Masing-masing motif memperoleh maknanya sendiri-sendiri.

Demi menenun seorang kain Songket diperlukan minimal seorang pekan untuk motif yang sederhana. Makin rumit motifnya makin lama waktu yang diperlukan, dapat setelah berbulan-bulan. Satu kain itu dijual mulai dari biaya 300an ribu sampai dua jutaan. Cukup mahal sungguh, tetapi mengingat bahan, motif, dengan kondisi pengerjaannya, harganya cukup masuk akal. Ada ukuran sejak dari anak-anak setelah dewasa.

Desa Sukarara juga memproduksi tenun ikat. Bahan tenun ikat amat sederhana yakni terbuat dari bahan katun. Ketika produksi tidak memerlukan saat yang lama, cukup satu hari penenun dapat menyelesaikan tenun ikat sepanjang 3 meter. Biaya tenun ikat pun bervariasi terserah bahan pewarna kainnya, jikalau terbuat dari pewarna kimia maka dibanderol dari harga Rp.100.000-an, sementara kain yang terbuat dari pewarna alami maka harga dipatok dikisaran Rp.150.000-an.

Untuk harga tenun songketnya pun bervariasi sesuai serta ukuran, level kesulitan, dan bahan baku yang digunakan. Sangat murah didapati biaya Rp.50.000 demi ukuran taplak meja minor, sedangkan demi selendang, syal, dengan ikat kepala bisa dibanderol harga satu kota Rp. 100.000. Kain tenunan yang dikombinasikan dan benang emas bisa bernilai sekota Rp.1,lima jutaan setelah Rp.2,5 jutaan.

Sesuatu yang sangat tidak mudah dari menenun kain itu merupakan penting motifnya di pertama, dikarenakan yang terlihat mata pada alat tenunnya hanyalah benang, benang, juga benang, juga benang lagi tapi saat ditenun bisa jadi kain bermotif juga berwarna-warni. Tak hal yang tidak ribet pasti.