Rabu, 02 Maret 2016

Legenda Putri Mandalika, Pantai Kuta Lombok


Rekor Lombok - Alkisah, di zaman dahulu saat, dalam pantai Selatan Pulau Pulau Lombok, berdiri sebuah kerajaan yang bernama Tunjung Biru. Kerajaan itu diperintah tetapi satu Raja yang bernama Raja Tonjang Beru serta permaisurinya, Dewi Seranting. Tonjang Beru yaitu satu raja yang arif juga bijaksana. Semua rakyatnya hidup makmur, aman serta sentosa. Mereka amat bangga memetik raja yang arif serta bijaksana itu. Raja Tonjang Beru memperoleh seorang Putri yang cantik jelita, cerdas serta bijaksana, namanya Putri Mandalika. Pada samping cantik juga cerdas, Putri Mandalika dan terkenal ramah serta sopan. Ujar bahasanya sangat lembut. Seantero masyarakat negeri sangat sayang kepada seorang Putri.

Kecantikan dengan keelokan perangai Putri Mandalika sudah tersohor ke beraneka negeri, bahkan hingga ke negeri seberang. Seluruh pangeran dari beberapa kerajaan serta sudah mendengar keterangan tersebut. Setiap pangeran yang melongok kecantikan dengan keanggunan sosok Putri jadi mabuk kepayang. Seakan sudah terjadwalkan, para pangeran ini asal membuka bergantian demi melamar sosok Putri.

Legenda Putri Mandalika Yang Menjadi Nyale

Sesuatu keanehan di diri Putri Mandalika. Setiap pangeran yang datang melamarnya, tak seorang juga yang ia tolak. Tapi, para pangeran tersebut tidak menerima seumpamanya si Putri diperistri tapi dominan pangeran. Maka merekapun pun bersepakat demi mempertemukan faktor luck melalui peperangan. Siapa yang menang dalam peperangan tersebut, maka dialah yang berhak memperistri si Putri.

Sesuatu hari, keterangan soal bakal merangseknya peperangan diantara beberapa kerajaan hingga pula menuju telinga Raja Tonjang Beru. Sang Raja segera memanggil putrinya untuk membicarakan masalah ini. “Wahai, Putriku! Ayahanda mendengar kalau dalam negeri tersebut bakal terjadi malapetaka besar. Seluruh pangeran yang sempat dari melamarmu akan memunculkan perang. Merekapun bersepakat, siapa yang menang pada perang ini, dialah yang akan menjadi suamimu,” tutur seorang Raja kepada putrinya.

Selepas berpikir sehari-semalam, seorang Putri juga menemukan jalan keluarnya. Di awalnya, sang Putri berniat menentukan salah satu dari puluhan pangeran yang melamarnya merupakan suaminya. Tetapi, niatnya itu ia batalkan selepas memikirkan resikonya. Seumpama dia menentukan satu dalam diantara bermacam pangeran merupakan suaminya, tentu pangeran yang lainnya rasanya iri. Sesuatu ini pastinya bakal menimbulkan pertumpahan darah. Tetapi sebab tersebut, tak ada pilihan lain untuk sang Putri. Dia juga memutuskan untuk mengorbankan jiwa dan raganya. Tekadnya ini sudah tidak dapat ditawar lagi. Dia telah siap merelakan jiwanya untuk menghindari ramainya peperangan yang bakal memakan korban yang lebih banyak.

Tetapi, sebelum melaksanakan niatnya, si Putri diwajibkan menjalankan semedi terlebih dahulu. Pada semedinya, dia mendapatkan wangsit untuk mengundang semua pangeran dalam pertandingan pada tanggal 20, bulan sepuluh penanggalan Sasak), bertempat pada Pantai Seger Kuta, Lombok Tengah. Seluruh pangeran yang diundang wajib disertai tapi seantero rakyatnya masing-masing. Merekapun mesti asal menuju tempat tersebut sebelum matahari memancarkan sinarnya di ufuk Timur.

Hari yang sudah ditentukan tiba. Tampaklah pemandangan yang amat menggoda. Seluruh undangan dari segala negeri berbondong-bondong dari ke pantai Seger Kuta. Orang yang berasal ribuan jumlahnya. Pantai Seger Kuta bak gula yang dikerumuni semut. Bahkan, dominan undangan yang datang dua hari sebelum hari yang ditentukan oleh si Putri tiba. Mulai dari anak-anak sampai kakek-nenek datang memenuhi undangan si Putri pada tempat itu. Rupanya mereka sudah bukan sabaran harap melihat bagaimana seorang Putri yang cantik jelita itu penting pilihannya.

Pantai Seger Kuta sudah penuh sesak oleh segala undangan. Tidak berapa lama, sang Putri yang sudah tersohor kecantikannya ini juga tiba pada lokasi serta diusung memakai usungan yang berlapiskan emas. Semua undangan serentak mencurahkan hormat menurut sang Putri yang didampingi tetapi Ayahanda dan Ibundanya dan sejumlah pengawal kerajaan. Suasana yang tadinya hiruk-pikuk berubah menjadi rileks. Semua pasang mata yang hadir tercengang kecantikan wajah si Putri. Tubuhnya yang dibungkus menurut gaun sutra yang sangat halus tersebut, meningkatkan keanggunan dengan keelokan sosok Putri. Semua pangeran telah tidak sabar lagi menanti kebijakan dari sosok Putri. Masing-masing ingin dirinyalah yang bakal dipilih si Putri.

Bukan berapa lama, seorang Putri melangkah beraneka kali, kemudian habis di onggokan batu, membelakangi laut lepas. Pada lokasi dia berdiri, Putri Mandalika kemudian menebarkan pandangannya ke seluruh undangan yang jumlahnya ribuan ini. Rasa penasaran seluruh hadirin makin memuncak. Mereka semakin tak sabaran hendak mendengarkan ucap demi tutur keluar dari mulut si Putri yang menjelaskan satu diantaranya nama dari puluhan pangeran yang ada di lokasi ini sebagai pilihan hatinya.

Sehabis pandangannya rata menuju arah semua undangan yang hadir, sosok Putri pun mengungkap untuk mengumumkan keputusannya dan suara lantang dan berseru, “Wahai, Ayahanda dengan Ibunda dan seluruh pangeran dan publik negeri Tonjang Beru yang aku cintai! Selepas aku pikirkan dan matang, aku memutuskan bahwa diriku untuk kalian seluruh. Aku tidak sukses menentukan seorang pada antara banyak pangeran. Diriku sudah ditakdirkan menjadi Nyale yang berhasil kalian nikmati bersama dalam bulan dengan tanggal saat berlangsungnya Nyale di permukaan laut.”

Mendengar kebijakan Putri Mandalika itu, semua hadirin tersentak kaget, termasuk Ayahanda dengan Ibundanya, dikarenakan sosok Putri tak sempat memberitahukan keputusannya tersebut kepada kedua orang tuanya. Belum sempat Ayahanda dengan Ibundanya berkata-kata, tiba-tiba sang Putri menceburkan diri ke dalam laut serta langsung ditelan gelombang. Bersamaan dengan ini pula, angin bertiup kencang, kilat dan petir juga menggelegar. Suasana dalam pantai itu jadi kacau-balau. Suara teriakan terdengar di mana-mana. Sesekali terdengar suara pekikan minta tolong. Tetapi, suasana tersebut dihelat tidak lama.

Sesaat kemudian, suasana kembali santai. Seluruh undangan segera menggilai sang Putri di lokasi di mana dia menceburkan diri. Bukan ada tanda-tanda keberadaan sosok Putri pada lokasi ini. Dia menghilang tanpa meninggalkan jejak sedikit pun. Bukan lama kemudian, tiba-tiba bermunculan binatang sampingan yang jumlahnya sangat banyak dari dasar laut. Binatang yang berbentuk cacing laut tersebut memiliki warna yang tetap indah, perpaduan warna putih, hitam, hijau, kuning juga coklat. Binatang itu disebut juga Nyale.

Seluruh masyarakat yang menyaksiksan peristiwa tersebut meyakini bahwa Nyale ini merupakan jelmaan Putri Mandalika. Sesuai pesan si Putri, merekapun juga beramai-ramai juga berlomba-lomba mengambil binatang ini sebanyak-banyaknya untuk dinikmati ialah tanda cinta kasih bagi sosok Putri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar