Jumat, 11 Maret 2016

Tradisi Perang Topat di Lombok

BUDAYA Lombok - Wilayah Indonesia sungguh amat kaya bakal budaya, hukum adat juga berada istiadat, bukan terkecuali adat dalam rangka melaksanakan rangkaian ibadah sepanjang bulan Ramadhan sampai juga perayaan Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri. Masing-masing daerah (etnis) memperoleh adat yang berbeda-beda, dikemas secara khusus pada suatu adat perayaan hari kemenangan selepas berpuasa membendung diri selama sebulan penuh dalam bulan Ramadhan. Ada sebagian kalangan yang merayakannya pada hari H setelah melakukan sholat Hari Raya, serta berada pula yang merayakannya secara biasa-biasa saja, tapi mempunya kebiasaan yang dikemas makin meriah di hari lain.

Jikalau di Madura Perayaan Lebaran / Hari Raya Idul Adha Lebih meriah dibandingkan dan perayaan Lebaran Idul Fitri, maka dalam Pulau Lombok memperoleh adat istiadat unik yang dijumpai oleh hampir 90% seluruh kalangan Lombok. Kebiasaan unik yang dilangsungkan enam hari sehabis perayaan Hari Raya Idul Fitri tersebut dimaksud adalah Perayaan Lebaran Ketupat atau Lebaran Topat.

Adat istiadat Lebaran Ketupat serta Perang Topat Lombok

Agama Islam mengajarkan bahwa berada keutamaan menurut orang orang yang melanjutkan puasa seminggu sehabis puasa Ramadan yang biasa disebut yaitu puasa Syawal. Demi mensyukuri berakhirnya puasa sunah ini, warga seluruh kalangan di Pulau Lombok melaksanakan lebaran kedua sehabis Idul Fitri yang disebut dan nama Lebaran Ketupat atau Lebaran Topat. Jawab “topat” digondol dari ujar ketupat, yakni penganan publik Lombok dihidangkan khusus di perayaan Lebaran Ketupat.

Adat istiadat Lebaran Ketupat dalam Lombok dihelat turun-temurun semenjak ratusan musim selanjutnya. Selain dimengerti ialah rangkaian event untuk merayakan Idul Fitri, acara ini dan mempunyai misi mempertahankan kebiasaan leluhur serta nenek moyang. Bahwa dikaji lebih mendalam, bakal dijumpai sangat banyak nilai-nilai yang terkandung di Lebaran Nine (wanita). Mulai dari nilai budaya, agama, setelah pesta kerakyatan.

Dari aspek agama misalnya, masyarakat / warga Sasak melaksanakan Perayaan Lebaran Ketupat juga melakukan kegiatan-kegiatan ritual Keagamaan. Diantaranya adalah berziarah ke makam segala wali /ulama terkenal yang telah berjasa membawa agama Islam ke Pulau Pulau Lombok. Di Kota Mataram, rakyat biasanya akan dari merayakan Kebiasaan Lebaran Ketupat ke dua lokasi bersejarah, ialah Makam Bintaro serta Makam Loang Baloq dalam Tanjung Karang.

Dalam aktifitas perayaan Lebaran Ketupat, Makam Loang Baloq yang berlokasi ampuh pada sebelah Pantai Tanjung Karang Mapak bakal penuh sesak oleh peziarah mulai pukul 07.00 pagi. Selain memanjatkan doa, mereka begitu juga berebutan demi mencuci muka dengan kepala juga air di atas makam yang dimengerti keramat ini. Sama rata halnya dan keadaan yang dihelat dalam Makam Bintaro, di ziarah kubur, segala peziarah sejatinya tak sekedar memanjatkan doa menurut seorang Khalik, tetapi begitu juga menjalankan segala berbagai ritual keagamaan dengan atraksi simbolik perayaan Adat istiadat Lebaran Ketupat. Diantaranya merupakan mencukur rambut bayi yang biasa dimaksud ngurisan. Tradisi ini diyakini akan menghasilkan anak ini anak yang saleh juga bisa pada periode yang bakal datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar