Minggu, 06 Maret 2016

Kain Tenun Songket Sukarara, Pakaian tradisi Khas Pulau Lombok

Wisata Pulau Lombok - Desa Sukerare yaitu desa penghasil kerajinan tenun songket Lombok yang populer. Letaknya ada dalam luar jalur alternatif kalangan, Kecamatan Jonggot, Pulau Lombok Tengah. Perjalanan menuju desa ini mampu ditempuh menggunakan angkutan umum dari Bertais menuju Praya dan turun ketika menjelang hingga dalam Puyung. Selanjutnya dapat serta juga memakai jasa ojek ke Sukarara.

Desa itu berjarak sekitar 25 km dari kota Mataram. Disarankan, bila berkunjung ke desa tersebut sebaiknya memakai kendaraan pribadi atau sewaan, mengingat angkutan umum yang jarang demi ditemui.

Seperti dimengerti dulunya kalau Sukarara ialah sentra penghasil songket terbaik di Lombok. Suatu ini telah jadi sesi dari komoditi sampai merambah pangsa pasar luar negeri. Tenun songket adalah kain tenun yang dibuat dengan teknik meningkatkan benang pakan dengan hiasan-hiasan dari benang sintetis berwarna emas, perak, dan warna lainnya. Hiasan ini disisipkan dalam diantara benang lusi. Terkadang hiasan sukses berupa manik-manik, kerang, ataupun uang logam.

Kain Tenun Songket Khas Sukarara Pulau Lombok

Setibanya di Sukarara, maka pengunjung bakal langsung disambut oleh kaum perempuan berpakaian adat Sasak. Mereka dengan sigap mendemonstrasikan nalar mereka di menenun. Berbagai toko biasanya menyajikan tontonan teknik-teknik menenun kain songket, sebuah itu berhasil langsung dilihat tetapi seluruh pengunjung. Teknik-teknik itu ialah teknik tradisional sederhana yang selalu dilakukan tapi pengrajin, yakni mulai dari mengolah benang (memakai pemberat yang diputar-putar dan jari-jari tangan, pemberat ini berbentuk seperti gasing terbuat dari kayu), setelah menjadi selembar kain yang berwarna warni. Pengunjung yang berminat juga sukses turut dengan mencoba menenun mirip perempuan-perempuan sasak tersebut.

Kain Songket itu dipakai merupakan bagian dari pakaian tradisional suku Sasak yang bernama Baju Lambung (baju wanita), baju adat istiadat khas Lombok serta motif hitam polos dengan variasi bawahan yang beragam, biasanya berbentuk selendang, ikat pinggang atau aksesoris selanjutnya. Sementara untuk yang pria biasanya menikmati songket sebagai bawahan (pasangan baju tradisi Tegodek Nongkeq) yang diatur sedemikian rupa pada akhirnya mengundang decak kagum dipandang. dan Lihat saja gambar dibawah ini, cantik banget kan bahwa baju Lambung dipadukan serta Kain Songket itu??

Baju hukum adat Lambung khas Sasak Lombok

Kain tenun rata-rata dikerjakan pada rumah (home industry). Hampir setiap rumah memiliki media tenunnya juga. Namun, profesi penenun sekedar dilakoni oleh kaum perempuannya saja, sedangkan seluruh pria bekerja merupakan petani di sawah. Berada adat istiadat unik terkait songket ini, kaum perempuan yang berharap menikah harus demi memberi kain tenun buatannya pun bagi pasangan. Seandainya memilah tidak dapat mencetak tenun songket, maka perempuan tersebut belum boleh menikah. Tetapi, bila nekat mau menikah dengan, maka perempuan itu akan dikenakan denda. Denda sukses berupa uang ataupun hasil panen padi.

Motif-motif songket yang juga selalu beragam, antara lain motif ayam, motif kembang 8, motif kembang 4, motif begambar tokek yang ialah simbol keberuntungan, motif pakerot yang berbentuk horizontal, motif trudak yang berwarna violet, dan masih dominan lagi. Masing-masing motif memperoleh maknanya sendiri-sendiri.

Demi menenun seorang kain Songket diperlukan minimal seorang pekan untuk motif yang sederhana. Makin rumit motifnya makin lama waktu yang diperlukan, dapat setelah berbulan-bulan. Satu kain itu dijual mulai dari biaya 300an ribu sampai dua jutaan. Cukup mahal sungguh, tetapi mengingat bahan, motif, dengan kondisi pengerjaannya, harganya cukup masuk akal. Ada ukuran sejak dari anak-anak setelah dewasa.

Desa Sukarara juga memproduksi tenun ikat. Bahan tenun ikat amat sederhana yakni terbuat dari bahan katun. Ketika produksi tidak memerlukan saat yang lama, cukup satu hari penenun dapat menyelesaikan tenun ikat sepanjang 3 meter. Biaya tenun ikat pun bervariasi terserah bahan pewarna kainnya, jikalau terbuat dari pewarna kimia maka dibanderol dari harga Rp.100.000-an, sementara kain yang terbuat dari pewarna alami maka harga dipatok dikisaran Rp.150.000-an.

Untuk harga tenun songketnya pun bervariasi sesuai serta ukuran, level kesulitan, dan bahan baku yang digunakan. Sangat murah didapati biaya Rp.50.000 demi ukuran taplak meja minor, sedangkan demi selendang, syal, dengan ikat kepala bisa dibanderol harga satu kota Rp. 100.000. Kain tenunan yang dikombinasikan dan benang emas bisa bernilai sekota Rp.1,lima jutaan setelah Rp.2,5 jutaan.

Sesuatu yang sangat tidak mudah dari menenun kain itu merupakan penting motifnya di pertama, dikarenakan yang terlihat mata pada alat tenunnya hanyalah benang, benang, juga benang, juga benang lagi tapi saat ditenun bisa jadi kain bermotif juga berwarna-warni. Tak hal yang tidak ribet pasti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar